Sabtu, 09 Agustus 2014

Kado 21 Terdemokratis

Ya, saya anggap ini adalah kado ulang tahun saya yang ke 21. Kado paling demoktaris. ah, tidak sedemokratis itu juga, lah. ini puisi dari saya, oleh Media Indonesia (29/6), dan untuk saya. cukup demokratis, kan? ^_^ meski sedikit, ini sangat menghibur hati. khususnya hati saya sendiri. terima kasih..
*ah, jangan kaget! saya memang diciptakan untuk menulis puisi sekelebat (kata Mas Kiki, guru tersayang).


BAIQ ILDA KARWAYU






Abun-Abun

bukannya tak menyambut pinangan,
tuan dalam kotak selamat datang
bebilik rindu merumbai petang,
sulaman santet hanya abun-abun.

2014



Rumah Mandalika

kau bukanlah rumah mandalika di dadaku
andai bola wajahmu membatu saat itu
hanyalah sukar aku meramu ampun

2014



Namamu

bagaimanapun
aku selalu temui namamu menyudut
tunduk teduh atas sekata tuahmu
di sinipun
masih kuinjak bayangan,
tangan diramu malu
tunduk separuh di rambutmu

2014

Selasa, 05 Agustus 2014

Hei, Cemburu (Buta) membuat Otakmu Bodoh!

Terlepas dari apapun tema yang saya usung dari tulisan ini, saya tidak peduli. pun dari judulnya yang kontras dengan isinya, biarlah. ini hanyalah tulisan sampah dari sortiran otak yang telah penuh dengan rutuhan yang tak penting.
saya seorang mahasiswa, penulis lepas, jurnalis, juga anak dari orangtua tunggal. selama saya tidak menulis akhir-akhir ini, terasa betul penurunan kualitas diri saya atas status sosial yang melekat dalam diri. bagaimana seorang seperti saya ini, yang notabene tidak begitu hobi berbicara cinta, sekarang disibukkan oleh hal itu. ah, out of context, kan?
begini, umumnya orang-orang akan mendambakan kehidupan nyaris sempurna khususnya di jenjang umur dua-puluh-an. jika sekarang umur itu masih dilalui dalam status mahasiswa, pastinya kehidupan yang diinginkan adalah prestasi kampus yang gemilang, kehidupan keluarga yang harmonis, juga kisah asmara yang berbunga-bunga (dan sudah serius tentunya). sehingga, jika ada salah satu saja yang tidak tercapai, masih jarang yang berfikir jernih bahwa tidak ada kehidupan yang salah atau sempurna. hal ini sangatlah wajar mengingat ini adalah fase pematangan jati diri. jika semua lengkap, bersyukurlah. jika tidak, jangan sedih, umur dua-puluh-an masih ada sepuluh tahapan. hehee
lantas, jika dikaitkan dengan hidup saya, apa yang salah? prestasi kuliah sudah saya temukan titik apinya. kehidupan keluarga, meski saya menggantikan posisi ayah dalam hidup, pun itu tidak jadi soal. kisah cinta? ya. di sini masalahnya. ah, bukankah saya sudah memiliki kekasih dan menjalin komitmen serius sejak dua tahun yang lalu? memang. terus? apa lagi? well, sebelumnya saya pernah menulis beberapa kisah tentang saya dan kekasih dalam blog ini. jika dilihat masalah yang tersirat di sana, ya, sama juga lah dengan yang ini. masalahnya hanya satu namun kasusnya berbeda: sikap kekasih saya yang disalahpahami oleh orang lain (baca: perempuan).
sampai suatu hari, di salah satu jejaring sosial saya menulis ini, "Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpa." begitulah kiranya yang kami alami saat ini. sering saya ungkapkan bahwa kekasih saya adalah seorang womanizer; ia cakap dalam memperlakukan perempuan layaknya seorang anak kepada ibu. tak sedikitpun ia pernah memperlakukan seorang perempuan itu buruk, meski ia baru saja mengenalnya. dan disanalah letak 'kotoran tebalnya'. banyak perempuan yang merasa istimewa setelah bertemu dengannya.
sebagai pasangannya--telah saya ulas pula tentang ini dalam tulisan saya sebelumnya--saya haruslah mengerti akan sikap dasarnya ini, tidak serta-merta merubah dan marah-marah apalagi memutuskan hubungan begitu saja.
sejak pertama kami menjalin hubungan, saya telah membaca sifatnya yang seperti itu karena saya pun memiliki banyak kawan laki-laki yang sesifat dengan dia. maka, mulailah saya memilah sikap dalam menghadapi itu. dimulai dari perempuan aneh (baca: mantan kekasihnya) yang, ya, ANEH. hingga wajah-wajah lainnya yang hingga kini masih membuat saya sibuk untuk 'menggerus' mereka keluar dari pekarangan hubungan kami. tenang, belum ada satupun dari mereka yang sampai ke pintu. hahaa
namun, saya pelajari kembali, ternyata rata-rata mereka yang datang 'bertamu' adalah yang memang belum begitu mengenal kekasih saya. ada di antara mereka yang mengira saya adalah adiknya sehingga nyaman-nyaman saja melengos duduk di antara kami ketika sedang asyik mengobrol. padahal wajah kami sama sekali tidak mirip (-__-). ada yang sampai memberikan fotonya untuk disimpan di dompet kekasih saya, ada pula yang rela membuat sketsa wajah dari foto kekasih saya. aduh, saya saja belum pernah melakukan itu semua! ya, bukan karena tidak cinta lantas saya tidak pernah melakukan apa yang mereka lakukan terhadap kekasih. namun saya merasa memang saya dan kekasih bukanlah sekedar 'kekasih' yang berkasih-kasih saja, I mean, saya lebih menganggapnya sebagai teman hidup saya. pernahkah kalian melihat orangtua kalian bermesraan di depan kalian setiap jam atau setiap hari? nah, seperti itu. kemesraan hanya untuk kami berdua. itu saja.
kembali kepada judul; mengapa saya katakan cemburu buta membuat otak bodoh? jangan kira dengan komitmen yang kami buat, saya tidak merasa cemburu dengan kekasih yang dikelilingi perempuan-perempuan 'kurang informasi' bak bunga matahari di terik mentari. aduh, terkadang saya merasa kasihan melihat kekasih jika melihat saya cemburu. namun justru keburukan itu berbalik malah menimpa diri. 
otak saya sudah terbiasa diisi dengan wacana kampus, sosial, budaya, sastra, dan hal positif lainnya (ciyeee). alhamdulillah, hal ini membuat isinya menjadi kaya akan benih-benih ide untuk ditulis kembali sebagai buah karya saya (hehee). sekarang, jika sedang cemburu buta, otak saya akan secara drastis menjadi otak agen CIA! ditambah lagi dengan benih jurnalis yang jika liputan harus rinci dan aktual tajam terpercaya (Liputan6-SCTV kalee). bisa dibayangkan bagaimana jadinya suatu analisis konyol yang tercipta akibat kecemburuan saya. hal itu diperparah dengan darah sastra yang ikut campur sehingga terkadang paranoid dalam otak terkuras abis bercampus dengan fakta-fakta tersebut (tenang, ini hanya berlaku dalam hipotesis cemburu, tidak dalam fakta berita di dunia organisasi). kalau sudah begitu, siap-siap saja kekasih saya akan menjadi terdakwa yang akan dibombardir oleh hasil data gado-gado saya. aduh, saya jadi pusing sendiri setelah itu dia akan diam. diam. selalu diam untuk ahkirnya 'menampar' saya dengan penjelasannya dan menarik tangan saya kembali ke permukaan alam sadar yang nyata.
jeng jeeeng.. setelah itu, bagai tsunami yang telah selesai dihempaskan Tuhan, semuanya kembali tenang seperti sedia kala. adem ayem. we are happy all day long..
namun seperti tsunami pula kejadian itu membekas di otak saya menjadi lumpur-lumpur sampah yang mengendap. membuat nutrisi-nutrisi baik dalam otak saya melorot habis dan luntur. saya menjadi busung-lapar akan wacana. tulisan saya kosong. sumur ide pun kering. karena apa? karena sampah cemburu buta itu. dan akhirnya apa? otak saya jadi bodoh.