Di Samping Jendela
aku
memupuk bebibit mimpi di samping jendela
rerintik
dongeng dari hujan
menjadi
tinta yang melukis puisi bianglala
setelah
kucing menjatuhkan nyawanya dua kali
erangan
angin yang menabrak malam
tidak
lagi berarti
2016
Malam Takbir
sepasang
telinga merapat
menyapu
nada-nada
yang terseok di antara runtuhan petuah
kantuk
menangkap mata—ia telah jatuh
mencoba
merajut kesadaran kembali
sebelum
takbir disemai dini hari
2016
Petang
ayam-ayam
enggan pulang
petang
memutar dongeng pepadian
rerumputan
mencium air mata
hujan
membunuh petang
nafasnya
jatuh perlahan
2016
Kunang-kunang
kau
mengiris waktu setebal perjalanan malam
tetapak
tanah tersenyum masam
menatap
kunang-kunang
yang bertanya kepada pepadi;
di
mana ia akan bersiang nanti?
Selembar Pikiran
selembar
pikiran
tidak
sedang di atas meja
jatuh
di lantai
tersapu
pagi
ia
masih menyimpan mata
di balik selimut
sementara
para semut
sibuk
membaca pikiran
2016
Kanvas
: Otty Widasari
membaca bulir-bulir nafas di atas
kanvas. mengingatkanku kepada mata sayu dengan asap rokok sebagai cameo. film-film diceritakannya sebagai
corong patgulipat yang dahaga.
mendengar gemericik susu dituang di atas
kanvas. membangunkan rinduku yang seketika menjamur di tiap helai kenangan
(yang kukenakan selalu setiap merajut usia).
2016
sekian. cukuplah jadi pemantik untuk selanjutnya. masih dalam tahap menyelam. bersama YU.